Polewali Mandar mukhsinpro@gmail.com 081342023999

Blognya Anak Muda

Top Billboard on this Weekend

Monday, November 30, 2015

Berlayar Mengitari 17 Pulau Riung

Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah luas yang berpulau-pulau. Membentang dari titik nol kilometer Sabang hingga terbenamnya matahari di daratan Merauke yang jika dikelilingi tidak habis seratus hari lamanya. Kekayaan pulau di Tanah Air ini menjadi daya tarik tersendiri terutama dalam pariwisata, tidak hanya bagi wisatawan lokal, namun turis pun turut mengagumi keeksotikan pulaunya. Ialah Taman laut 17 Pulau Riung. Kawasan bahari yang terletak di sisi utara Pulau Flores itu melirik animo penikmat pantai sekaligus loka bawah laut. Bersyukur pernah meminum air lautnya tanpa sengaja, menjejak pulaunya yang lapang dan hana, dan menyaksikan dengan mata sendiri Maha Karya Tuhan itu di penghujung tahun 2012.
Dari dermaga beton sebagai pembatas pantai dan lautan, sudah terlihat gundukan pulau-pulau kecil berbentuk bulat, tak beraturan, dan ada yang segitiga. Diberi nama 17 pulau, lantaran masyarakat ingin menampakan Riung bak gadis belia yang masih perawan dan sedap dipandang lensa mata juga kamera. Walaupun senyatanya pulau di kawasan ini lebih dari dua puluh jumlahnya, tapi memang benar, pemandangannya membuat ingin terus membersamainya. Untuk menjelajahi puluhan pulau ini, saya dan rombongan diantar kapal kecil berkapasitas sepuluhan orang yang dilengkapi peralatan. Kemudi kapal sudah hapal tiap spot terbaik yang menjadi pilihan pendatang. Berlayar kurang dari sejam, spot diving telah tertemukan. Menceburkan diri dengan bantuan pelampung adalah cara terbaik untuk menikmatinya. Airnya yang jernih mempermudah menemukan biota laut yang masih hidup dengan mata telanjang. Alga hijau, biru, merah dan Cnidaria terlihat cantik melekat di dasar laut yang tak dalam. Jika ingin bersantai dengan lautan, biarkan tubuh mengambang dan mengikuti alirannya yang agak tenang. Kala itu, tiga spot diving berhasil memuaskan raga berenang di lautan dengan air segar bergradasi biru.

Terik mentari yang menggosongkan pipi tak membuat kami menyudahi berlayar. Belum ke Riung rasanya jika tidak menjejak Pulau Rutong. Pasirnya putih bagai tepung halus, biasanya wisatawan menikmati perbekalan atau membakar ikan di atas pasir tanpa alas. Tidak jauh dari bibir pantai tak percaya bintang laut orange dan biru mencumbu dasar dan mudah direngkuh tangan. Kami pun bermain bersama Echinodermata berlengan lima itu seperti anak kecil dengan mainannya. Belum puas dengan pantainya, kami menapaki tanjakan untuk berada tepat di atas pulau. Spot ini sungguh luar biasa. Mata dapat leluasa memandang luasnya kawasan, tumpukan gradasi lautan dan deretan pulau yang mengagumkan. Baru kali pertama itu menjejak tempat tertinggi sebuah pulau.
Selain Rutong yang terkenal dengan pasir putihnya, pulau lain yang menarik yakni Pulau Kelelawar. Kemudi kapal meminta kami menepuki tangan kuat-kuat, dan seperti namanya, segerombolan kelelawar terbang dari ranting pohon mendengar tepukan suara kami. Dan kami berfoto dengan background ratusan kelelawar yang terbang di langit berawan. Kami tak sempat menghitung jumlah pulau yang kami kelilingi. Waktu kami habis untuk menggandrungi gadis belia berwujud taman laut ini dan keunikan setiap pulau yang kami temui. Dalam perjalanan ke dermaga, kami miris mendapati berbagai sampah mengambang. Berharap semua penikmat alam tak melukai loka cantik ini dengan sampah plastik dan botolnya. Jika tak bisa menjaganya dengan segala daya, paling tidak pengunjung tidak meninggalkan kotoran yang sulit teruraikan itu.
Sebenarnya daerah ini potensial untuk tidak sekadar menyuguhkan taman lautnya. Di dekat dermaga belum ditemukan oleh-oleh khas yang biasanya ada di setiap tempat tamasya. Masyarakat Riung dapat diberdayakan untuk menawarkan hasil kepiawaiannya berupa kerajinan tangan, souvenir khas, atau makanan tradisional yang dijadikan tapak pulang pendatang. Tentu akan menambah sempurnanya bahari dan masyarakat dapat memetik nilai ekonomi untuk menopang kesejahteraan mereka.
Menuju ke tempat ini tergolong cukup mudah. Dari Ibukota Kabupaten Ngada Nusa Tenggara Timur dapat ditempuh dengan perjalanan darat sekitar empat jam. Sayangnya masih ada jalanan yang belum hotmik. Perlu keseriusan pemerintah daerah dan dukungan masyarakat untuk membangun infrastrukturnya, sehingga akses menuju tempat-tempat wisata di Flores dapat dilalui dengan mulus. Pengelolaan sektor sumber daya alam dibarengi dengan empowering community , barang tentu akan menambah pasokan pendapatan daerah. Yuk ke Flores! Dan menjadi agen yang tak sekadar sebagai penikmat alam tetapi juga memberikan sumbangsih untuk kemajuan ekopariwisata Indonesia.

*Sumber : Tri Wulan Rahayu



  2 comments:

Followers

10 Top Post

Pengunjung

Total Pengunjung

Featured Post

Hal Ngeselin Saat Main Clash Of Clans

Sebagai mahasiswa semester 4 gue mulai mengalami kejenuhan di dunia perkuliahan. Gue ngerasa tiap hari kerjaan gue Cuma ketemu tugas, tu...

Powered by Blogger.